Mata sehat dan berfungsi baik adalah dambaan semua
manusia. Namun, ada kalanya mata kita akan mengalami kelainan akibat kesalahan
posisi dalam membaca ataupun nutrisi yang kurang. Kelainan pada mata juga dapat
disebabkan oleh usia yang menyebabkan kurangnya kekuatan lensa mata. Berikut
beberapa kelainan pada akomodasi lensa mata beserta koreksinya.
1. 1. Prinsip
Koreksi Miopia
Menurut Fauziah, Hidayat, dan Julizar (2014), miopia adalah
suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasaan sinar yang berlebihan
sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina (bintik kuning).
Berbagai faktor yang berperan dalam perkembangan miopia telah diidentifikasi
melalui beberapa penelitian. Prevalensi miopia 33-60% pada anak dengan kedua
orang tua miopia. Pada anak yang memiliki salah satu orang tua miopia
prevalensinya 23-40%, dan hanya 6-15% anak mengalami miopia yang tidak memiliki
orang tua miopia. Disamping faktor keturunan, faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan miopia pada anak. Faktor lingkungan yang
paling banyak berperan pada miopia adalah kerja jarak dekat seperti membaca.
Lama membaca dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola mata akibat
insufisiensi akomodasi pada mata.Tingkat
pendidikan dihubungkan juga dengan lamanya kerja jarak dekat sehingga
meningkatkan risiko miopia. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin tinggi prevalensi terjadinya miopia karena kecenderungan lebih banyak
melakukan aktivitas melihat jarak dekat.
Keadaan
miopia ini bisa dikoreksi dengan lensa sferis negatif atau cekung. Prinsip
dasarnya adalah lensa negatif digunakan untuk memindahkan (memajukan) objek
pada jarak tak hingga agar menjadi bayangan di titik jauh mata tersebut
sehingga mata dapat melihat objek dengan jelas (dalam Priambodo, Rizal, dan
Halomoan:2012)
Koreksi Untuk Penderita Miopia
2. 2. Hipermetropia
Priambodo,
Rizal, dan Halomoan (2012) menyatakan orang yang menderita rabun dekat atau
hipermetropi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang terletak di titik
dekatnya tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek yang jauh (tak hingga).
Titik dekat mata orang yang menderita rabun dekat lebih jauh dari jarak baca
normal (25 cm). Cacat mata hipermetropi dapat diperbaiki dengan menggunakan
lensa konvergen yang bersifat mengumpulkan sinar. Lensa konvergen atau lensa
cembung atau lensa positif dapat membantu lensa mata agar
dapat
memfokuskan bayangan tepat di retina.
Koreksi Untuk Hipermetropi
3. 3.Presbiopia.
Menurut
Guyton dan Hall (2007), semakin tua seseorang maka lensa akan menjadi kurang
elastik akibat denaturasi protein lensa yang progresif. Kemampuan lensa untuk
berubah bentuk pun berkurang. Daya akomodasi akan berkurang dari 14 dioptri
pada saat anak-anak menjadi 2 dioptri saat mencapai usia 45-50 tahun. Daya
dioptri akan menjadi 0 saat usia mendekati 70 tahun. Akibatnya lensa tidak
dapat berakomodasi sama sekali yang disebut dengan ‘presbiopia’. Pada
presbiopia, matanya akan terfokus pada satu jarak dan tidak akan berubah, dan
mata pun tidak berakomodasi dengan baik untuk melihat jarak dekat ataupun jauh.
Agar dapat melihat benda pada jarak jauh dan jarak dekat, pada orang yang
mengalami presbiopia harus menggunakan kacamata bikonkaf (cembung-cekung). Bagian
atas lensa untuk penglihatan jauh dan bagian bawah untuk penglihatan dekat.
Koreksi Pada Presbiopia
Sumber:
Fauziah,
Mutia
Maulud; M. Hidayat; Julizar
(2014) “Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat
Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010” Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3) : 431-436
Priambodo, Wisudantyo Wahyu; Rizal,
Achmad; Halomoan, Junartho (2012) “Perangkat
Pengukur Rabun Jauh Dan Rabun Dekat Pada Mata Berbasis Mikrokontroler” Jurnal Teknologi 5(2) 90-97
Guyton, Arthur C., & Hall, John E.
(2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11 ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.