Pages

Wednesday, December 24, 2014

Mengapa Kita Bisa Tersedak?



Gambar 1.1 : Pertolongan Pada Orang Tersedak

Kita sudah tidak asing lagi dengan istiilah ‘tersedak’ didalam kehidupan kita sehari-hari. Tersedak atau choking inibisa dialami oleh siapapun, mulai dari bayi hingga orangtua. Namun, bagaimana tersedak bisa terjadi?

1.     1. Proses Menelan (Deglutition)

Menurut Tortora dan Derickson (2009), proses menelan atau deglutition adalah pergerakan makanan dari oral kedalam gaster yang difasilitasi oleh sekret dari kelenjar saliva dan mukus, yang melibatkan oral, faring, dan esophagus. Proses menelan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

a.       Tahap voluntary, dimana bolus melewati orofaring
b.      Tahap Pharyngeal, yakni secara tidak sadar (involunter) bolus melewati faring untuk masuk ke esophagus
c.       Tahap Esophageal, yakni secara tidak sadar (involunter) bolus melewati esophagus untuk masuk kedalam gaster 

2.     2. Tersedak Karena ‘Kesalahan’ Tahap Pharyngeal dalam Proses Deglutition

Pada tahap pharyngeal, bolus menstimulasi reseptor di orofaring. Lalu, impuls yang diterima reseptor tersebut dikirimkan ke deglutition center atau ‘pusat menelan’ di medulla oblongata dan pons bagian inferior di brain stem. Pusat menelan akan merespon impuls tersebut dengan mengirimkan impuls ke efektor, yakni soft palate dan uvula akan menutup nasofaring sehingga bolus tidak akan ‘masuk’ kedalam rongga hidung. Selain soft palate dan uvula, epiglotis akan menutup saluran laring sehingga bolus tidak akan memasuki saluran pernafasan (Tortora dan Derickson: 2009).

Namun, jika epiglotis tidak menutup laring yang merupakan salah satu jalur dalam saluran pernafasan, akibatnya bolus malah akan memasuki saluran pernafasan. Masuknya bolus kedalam saluran pernafasan disebut dengan tersedak (Sherwood:2011). Masuknya bolus tersebut bisa mengganggu jalannya pernafasan, bahkan jika tidak segera tertolong, seseorang yang tersedak bisa saja mengalami kematian.


Gambar 2.1: Tersedak Karena Epiglotis Tidak Menutup Sempurna 


3.      3. Apa Saja yang Membuat Epiglotis Tidak Menutup Laring Secara Sempurna Saat Kita Menelan?

Epiglotis yang tidak menutup laring bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Sherwood (2011), faktor yang menyebabkan banyak orang tersedak adalah saat makan sambil berbicara. Ya, saat kita berbicara pada waktu hendak menelan, epiglotis tidak akan menutup laring. Laring sendiri merupakan ‘kotak suara’ di pintu masuk trakea karena mengandung pita suara di saluran pernafasan. Seseorang bisa berbicara karena udara yang masuk menggetarkan pita suara. Pada saat kita makan sambil berbicara, epiglotis tidak akan menutup laring agar udara tetap bisa menggetarkan pita suara. Akibatnya, bolus yang sedang ditelan ‘masuk’ kedalam saluran pernafasan dan membuat orang tersebut tersedak.

Tersedak tidak hanya disebabkan saat kita makan sambil berbicara, tetapi juga faktor lainnya. Menurut Chandrasoma dan Taylor (2006), tersedak juga bisa disebabkan karena adanya kelainan dari epiglotis, esophagus, dan juga sistem saraf yang mengatur proses menelan. Pada kasus penderita kasus Epiglotitis (infeksi epiglotis), epiglotis akan mengalami pembengkakan sehingga tidak dapat ‘menjalankan’ tugasnya menutup saluran pernafasan saat makan. Lalu, pada kasus kelainan esofagus kongenital seperti fistula trakeoesofageal (kegagalan perkembangan esofagus) yang dapat membuat bolus masuk ke trakea. Kelainan neurologi, yakni pada sistem saraf pengatur proses menelan seperti rusaknya medulla oblongata dan saraf-saraf (baik itu reseptor, sensorik, ataupun motorik) dapat juga membuat epiglotis tidak dapat menutup saluran pernafasan saat kita menelan makanan.

4.      4. Apa yang Harus Dilakukan Saat Ada Yang Tersedak?

Saat ada yang tersedak, segeralah melakukan pertolongan. Jika tidak, maka akan berakibat fatal bagi si ‘korban tersedak’ tersebut. Langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk menolong korban tersedak menurut Department of Human Services Division of Developmental Disabilities (2010) adalah:

a.       Pegang perut si korban tersedak kuat-kuat dari belakang (seperti posisi memeluk)
b.      Tekan kuat-kuat perut si korban sampai bolus yang ‘tersangkut’ di dalam saluran pernafasan keluar.
c.       Kita juga dapat menepuk-nepuk bagian dorsal atau punggung si korban kuat-kuat untuk mengeluarkan bolus tersebut.

Sumber:
Chandrasoma, Parakrama dan Taylor, Clive R. (2006) Ringkasan Patologi Anatomi Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Department of Human Services Division of Developmental Disabilities (2010) “Healthy and Safety Alert Choking” Journal Article. Vol. 10 No.12: 10-15.
Sherwood, Lauralee (2011) Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tortora, Gerard J. dan Derickson, Bryan (2009) Principles of Anatomy and Phisiology 12th edition. United States of America: Jhon Willey and Sons Inc.


No comments:

Post a Comment