Gambar 1.1 : Pertolongan Pada Orang Tersedak
Kita sudah tidak asing
lagi dengan istiilah ‘tersedak’ didalam kehidupan kita sehari-hari. Tersedak atau
choking inibisa dialami oleh
siapapun, mulai dari bayi hingga orangtua. Namun, bagaimana tersedak bisa
terjadi?
1. 1. Proses Menelan (Deglutition)
Menurut
Tortora dan Derickson (2009), proses menelan atau deglutition adalah pergerakan makanan dari oral kedalam gaster yang
difasilitasi oleh sekret dari kelenjar saliva dan mukus, yang melibatkan oral,
faring, dan esophagus. Proses menelan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
a. Tahap
voluntary, dimana bolus melewati orofaring
b. Tahap
Pharyngeal, yakni secara tidak sadar
(involunter) bolus melewati faring
untuk masuk ke esophagus
c. Tahap
Esophageal, yakni secara tidak sadar
(involunter) bolus melewati esophagus untuk masuk kedalam gaster
2. 2. Tersedak Karena ‘Kesalahan’ Tahap Pharyngeal dalam Proses Deglutition
Pada
tahap pharyngeal, bolus menstimulasi
reseptor di orofaring. Lalu, impuls yang diterima reseptor tersebut dikirimkan
ke deglutition center atau ‘pusat
menelan’ di medulla oblongata dan pons bagian inferior di brain stem. Pusat menelan akan merespon impuls tersebut dengan
mengirimkan impuls ke efektor, yakni soft
palate dan uvula akan menutup nasofaring sehingga bolus tidak akan ‘masuk’
kedalam rongga hidung. Selain soft palate
dan uvula, epiglotis akan menutup saluran laring sehingga bolus tidak akan
memasuki saluran pernafasan (Tortora dan Derickson: 2009).
Namun,
jika epiglotis tidak menutup laring yang merupakan salah satu jalur dalam
saluran pernafasan, akibatnya bolus malah akan memasuki saluran pernafasan.
Masuknya bolus kedalam saluran pernafasan disebut dengan tersedak (Sherwood:2011). Masuknya bolus tersebut bisa mengganggu
jalannya pernafasan, bahkan jika tidak segera tertolong, seseorang yang
tersedak bisa saja mengalami kematian.
Gambar 2.1: Tersedak Karena Epiglotis Tidak Menutup Sempurna
3. 3. Apa Saja yang Membuat Epiglotis Tidak
Menutup Laring Secara Sempurna Saat Kita Menelan?
Epiglotis
yang tidak menutup laring bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Sherwood
(2011), faktor yang menyebabkan banyak orang tersedak adalah saat makan sambil
berbicara. Ya, saat kita berbicara pada waktu hendak menelan, epiglotis tidak
akan menutup laring. Laring sendiri merupakan ‘kotak suara’ di pintu masuk
trakea karena mengandung pita suara di saluran pernafasan. Seseorang bisa
berbicara karena udara yang masuk menggetarkan pita suara. Pada saat kita makan
sambil berbicara, epiglotis tidak akan menutup laring agar udara tetap bisa
menggetarkan pita suara. Akibatnya, bolus yang sedang ditelan ‘masuk’ kedalam
saluran pernafasan dan membuat orang tersebut tersedak.
Tersedak
tidak hanya disebabkan saat kita makan sambil berbicara, tetapi juga faktor
lainnya. Menurut Chandrasoma dan Taylor (2006), tersedak juga bisa disebabkan
karena adanya kelainan dari epiglotis, esophagus, dan juga sistem saraf yang
mengatur proses menelan. Pada kasus penderita kasus Epiglotitis (infeksi
epiglotis), epiglotis akan mengalami pembengkakan sehingga tidak dapat
‘menjalankan’ tugasnya menutup saluran pernafasan saat makan. Lalu, pada kasus
kelainan esofagus kongenital seperti fistula trakeoesofageal (kegagalan
perkembangan esofagus) yang dapat membuat bolus masuk ke trakea. Kelainan neurologi,
yakni pada sistem saraf pengatur proses menelan seperti rusaknya medulla
oblongata dan saraf-saraf (baik itu reseptor, sensorik, ataupun motorik) dapat
juga membuat epiglotis tidak dapat menutup saluran pernafasan saat kita menelan
makanan.
4. 4. Apa yang Harus Dilakukan Saat Ada Yang
Tersedak?
Saat ada yang tersedak, segeralah
melakukan pertolongan. Jika tidak, maka akan berakibat fatal bagi si ‘korban
tersedak’ tersebut. Langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk menolong korban
tersedak menurut Department of Human
Services Division of Developmental Disabilities (2010) adalah:
a. Pegang
perut si korban tersedak kuat-kuat dari belakang (seperti posisi memeluk)
b. Tekan
kuat-kuat perut si korban sampai bolus yang ‘tersangkut’ di dalam saluran
pernafasan keluar.
c. Kita
juga dapat menepuk-nepuk bagian dorsal atau punggung si korban kuat-kuat untuk
mengeluarkan bolus tersebut.
Sumber:
Chandrasoma,
Parakrama dan Taylor, Clive R. (2006) Ringkasan
Patologi Anatomi Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Department of Human Services Division of
Developmental Disabilities (2010) “Healthy and Safety Alert Choking” Journal Article. Vol. 10 No.12: 10-15.
Sherwood, Lauralee (2011) Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Tortora, Gerard J. dan Derickson, Bryan (2009) Principles of Anatomy and Phisiology 12th
edition. United States of America: Jhon Willey and Sons Inc.
No comments:
Post a Comment