Sendawa
adalah salah satu kebiasaan yang dianggap ‘memalukan’ oleh masyarakat kita.
Tapi, sebenarnya apa yang membuat kita bisa bersendawa?
1. Mekanisme
Sendawa
Menurut
Sherwood (2011), saat kita bernafas,
sfingter faringosefagus akan menutup saluran esophagus. Hal tersebut terjadi
untuk mencegah udara masuk kedalam saluran pencernaan saat kita bernafas. Saat
proses menelan, sfingter ini akan membuka agar bolus bisa masuk ke esophagus.
Namun, saat kita bernafas dan sfingter ini tidak menutup sempurna esophagus, maka saluran pencernaan akan menerima banyak
gas. Gas dalam saluran pencernaan akan dikeluarkan dalam bentuk flatus (kentut) dan eructation (sendawa). Sendawa
atau eructation merupakan fungsi
fisiologi normal yang terjadi ketika udara dan gas yang tertelan atau berasal
dari makanan terakumulasi dalam gaster dikeluarkan (dalam Han Seung Ryu, Suck Chei Choi,
and Joon Seong Lee : 2014)
Saat
makan, tekanan di lambung (gaster) meningkat seiring teregangnya dinding
lambung yang terisi makanan. Namun peningkatan tekanan di lambung berlangsung
lambat karena peningkatan volume seiring dengan pangkat tiga jari-jari (R3)
lambung, tetapi tegangan (gaya peregangan lambung) berbanding lurus dengan
jari-jari. Peningkatan tekanan lebih bermakna ketika ada udara yang tertelan
saat makan atau dari makanan dan minuman bergas seperti kol dan soft drink. Udara yang terperangkap
dalam lambung akan menekan katup yang menutup antara gaster dengan esofagus,
lalu menggetarkan pita suara di laring yang disebut dengan sendawa (dalam
Cameron, Skofronick, dan Grant: 2006).
Menurut
Han Seung Ryu, Suck Chei
Choi, and Joon Seong Lee (2014), mekanisme
sendawa adalah saat udara atau gas terkumpul dibagian fundus lambung.
Penambahan volume fundus lambung oleh gas ini merangsang transient lower
esophageal sphincter relaxation (tLESR), lalu diikuti oleh pergerakan gas dari
gaster ke esofagus. Penggembungan tiba-tiba pun terjadi di esofagus karena
udara mengalami refluks (kembali) dan merangsang refleks gelombang peristaltik
kedua di esofagus yang dapat membuka LES (lower esophageal sphincter) dan UES
(upper esophageal sphincter), sehingga menyebabkan kita bersendawa.
2. Makanan
atau Minuman Apa Saja yang Menyebabkan Kita Bersendawa?
Makanan
dan minuman yang kita konsumsi ternyata juga menyebabkan kita bersendawa.
Makanan kaya serat seperti sayur-sayuran dan kacang-kacangan, produk makanan
dari susu,dan makanan dengan pemanis buatan dapat menyebabkan kita bersendawa.
Ada juga sayuran tertentu yang mengandung gas seperti kol dapat membuat kita
bersendawa. Selain itu, minuman-minuman soft drink juga bisa menyebabkan kita
bersendawa. Hal tersebut dikarenakan soft drink mengandung gas CO2
(dalam Liebmann-smith dan Egan : 2007)
3. Sendawa
Ternyata Juga ‘Pertanda’ Penyakit
Sendawa
merupakan hal yang normal, tetapi sendawa juga bisa menjadi pertanda bagi
kelainan dalam tubuh. Menurut Liebmann-smith dan Egan (2007), sendawa
berlebihan bisa menunjukkan adanya penyakit seperti defisiensi laktase
(intoleransi laktase). Penyakit ini disebabkan karena tubuh tidak memiliki
enzim laktase, sehingga produk makanan yang mengandung laktosa seperti susu
tidak akan tercerna sempurna dan akhirnya menghasilkan gas. Selain itu, sendawa
berlebihan juga menunjukkan adanya
gastroesophageal reflux disease (GERD), yakni makanan atau asam lambung
mengalami refluks ke esofagus. Kemudian, sendawa yang tidak normal juga
menandakan adanya gangguan kantung empedu atau bahkan kanker kolon dan
esofagus. Tanda-tanda lain kondisi ini mungkin meliputi turunnya berat badan,
munculnya edema (pembengkakan), muntah darah, dan tinja berdarah.
Sumber:
Cameron, Skofronick, dan Grant (2006) Fisika Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Han Seung Ryu,
Suck Chei Choi, and Joon
Seong Lee (2014) “Belching (Eructation)” The
Korean Journal of Gastroenterology. 64(1):4-9
Liebmann-smith, Joan dan Egan,
Jacqueline Nardi (2007) Sinyal-Sinyal
Bahaya Dalam Tubuh Anda ‘BODY SIGNS’ Dari Ujung Rambut Hingga Ujung Kaki. Jakarta:
Ufuk Publishing House
Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi
Manusia: Dari Sel ke Sistem (6 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment